Rabu, 09 November 2011

Naskah teater berjudul "maling"




Maling
TEATER ANAK SEKOLAH
:D



















Karya Auf Sahid
Dengan penggubahan oleh Lathifah Nudhar












(Setting tempat halaman rumah di sebuah kampung. Waktu malam hari. Dari luar terdengarsuara gaduh derap langkah orang berlari sambil berteriak maling diiringi musik pembuka. Lampu fade in. Seorang Maling masuk, panik. Kemudian ia menyembunyikan bungkusan curiannya di semak-semak. Kemudian ia berlari sembunyi. Lalu warga masuk panggung berlari dari salah satu sisi dan langsung keluar di sisi yang lain. Kemudian mereka kembali sambil mencari-cari.)

Bu lurah          : Cari sampai dapat! Tadi larinya ke arah sini.
Warga 1          : Tapi kok hilang, Bu.
Bu lurah          : Ya kalau begitu pasti ada di sekitar sini. Nggak mungkin jauh. Begini saja, kita berpencar saja.
Warga 1          : Aduh, Bu, capek.
Bu lurah          : Sampeyan ini bagaimana? Baru begini saja capek. Ayo cepat! Sampeyan dan sampeyan ke sana. Mas sampeyan cari yang sebelah sana.
Warga 2          : Lha ibu?
Bu lurah          : Saya jaga di sini.
Warga 2          : Sampeyan kok enak?
Bu lurah          : Lho, ini juga bagian dari tugas. Ayo cepat. Nanti malingnya keburu jauh. Berangkat!
(warga berpencar, musik mulai fade out)
Bu lurah          : (menghela nafas) Ada-ada saja. Pencurian di desa ini kok ndak ada habisnya. Mulai dari kehilangan sandal, rantang isi makanan, pakaian, sampai kendaraan.Keterlaluan. Gara-gara itu, saya mulai habis isya sampai malam ikut muter-muter mencari. Jadi ndak bisa lihat sinetron kesukaan saya. (pada bagian ini bisa disebutkan salah satu judul sinetron yang sedang populer)
Nah, sekarang yang hilang malah lebih besar, uang kelurahan. Akhirnya mau tidak mau saya harus ikut mengejar. Apalagi tiga hari lagi Bu Camat mau datang melihat apakah uang bantuan dari Pemda sudah diterima dan digunakan atau belum. Ini bisa kacau kalau ketahuan dicuri. Jabatan saya sebagai Lurah bisa terancam.
. Desa Suka Makmur kok banyak maling. Tidak cocok dengan namanya, Suka Makmur. Kalau begini terus, besok mau saya usulkan saja ke Presiden. Namanya diganti menjadi Suka Maling. Jadi kalau banyak pencurian saya tidak bakal disalahkan. Sudah sesuai dengan namanya.
(Seseorang masuk dengan terengah-engah)
 Warga 3         : Bu, Lapor
Bu lurah                      : Bagaimana?
Warga 3          : Sudah saya cari dari Sabang sampai Merauke...
Bu lurah                      : ....berjajar pulau-pulau?
Warga 3          : Bukan, nihil.
Bu lurah                      : Walah.
Warga 3          : Lha ibu sendiri?
Bu lurah          : Sama. Dari tadi saya jaga di sini tidak ada tanda-tanda maling yang lewat. Nihil.
Warga 3          : Wajar, Bu.
Bu lurah          : Wajar bagaimana?
Warga 3          : Mana ada maling celingak-celinguk lewat di depan sampeyan.

(Seseorang dan Seseorang masuk dengan tergopoh-gopoh)
Warga 4                       : Bu, ada berita penting..
Warga 5          : Iya, Bu.
Bu lurah          : Ada apa?
Warga 4          : Tadi saya bertemu dengan Mas Poniman.
Bu lurah          : Mas Poniman?
Warga 4          : Iya....
Bu lurah          : Mas Poniman sia...
Warga 5          : ....katanya, mulai sekarang kita tidak perlu bingung kalau mau ngambil TV, kulkas, atau motor. Cukup dengan KTP saja kita bisa kredit TV lho, Bu., ya kan, Mbak?
Warga 4          : Benar, Bu. Apalagi cicilannya juga murah. Motor hanya 50 ribu per bulan. Kulkas dua pintu hanya 30 ribu perbulan. Apalagi TV hanya dua puluh ribu per bulan. Dan semua tanpa...
Bu lurah          : Diam! Sampeyan ini bagaimana? Tadi saya suruh apa?
Warga 4          : ee.. anu.. cari..
Bu lurah          : Cari maling kan? Kenapa malah cari kreditan?
Warga 5          : Mbak, sampeyan tadi ke sana apa tidak bertemu orang yang mencurigakan?
Warga 4          : Oh, yang mencurigakan?
Bu lurah, Warga 5       : Ada? Mana?
Warga 4          : Tidak ada, Bu.
Bu lurah          : Walah. (bicara sendiri) Wah, bagaimana ini. Kalau sampai lusa tidak ketemu bisa gawat. Nanti kalau aku dipecat bagaimana? Sudah dicari ke sana kemari tidak ada….
Warga 4          : Eh, Bu. (sambil menunjuk ke suatu rumah)
Warga 5          : Iya, Bu. Jangan-jangan...
Bu lurah          : …eits, jangan gegabah dulu.
Warga 4          : Tapi ini kan tempatnya…
Bu lurah          : …..iya, tapi jangan asal menuduh dulu.
Warga 5          : Sudahlah, Bu. Pasti dia. Sekali maling tetaplah maling.
Bu lurah          : Tenang, tenang dulu. Kita lihat baik-baik dulu. (mengetuk pintu) Kulo nuwun… Mas … (3x) (namun hening)
Warga 5          : Lho, bener kan, Bu?
Bu lurah          : Bener apanya?
Warga 5          : Ya pasti dia. Lihat dia sekarang pasti ketakutan di dalam.
Warga 4          : Benar, Bu. Kita dobrak saja pintunya.
Semua warga  : Ya, ya.. kita dobrak saja pintunya.
Bu lurah          : Tenang, tenang dulu. Jangan ngawur.
Warga 5          : Sudahlah, Bu. Nanti dia keburu kabur. Ayo dobrak saja.
Bersama2        : Satu…dua..ti…
 (Paijo tiba-tiba muncul dari luar panggung)
Paijo                : Hoi,  ada apa ini?
Bu lurah          : Lho, Paijo? Tadi kita sedang depan rumah saya ada apa?
Bu lurah          : Tadi malingnya lari ke sekitar sini, jadi e..., kami mengejar ke sini dan e.... kebetulan lewat rumahmu, jadi..
Warga 1          : Jadi sekarang kamu ngaku saja . Mana hasil curianmu?
Paijo                : Curian? Curian apa? Lha wong aku dari rumah Mas Marno
Warga 2          : Lho? Mas marno kan sedang pergi ke luar kota.
Paijo                : Eh, anu, Iya, ya.
Warga 2          : Alah, ngaku saja, Man. Sekali maling tetap saja maling.
Paijo                : He, mulutmu nggak pernah disekolahkan ya? Ngomong seenaknya aja. Aku tadi dari jalan-jalan kok.
Bu lurah          : Tenang, tenang. Jangan ribut., kamu ngaku saja dari mana?
Paijo                : Dari jalan-jalan, Bu. Suer!
Warga 2          : Lha itu apa?
Paijo                            : Mana?
Warga 2          : Itu dibalik jaketmu.
Paijo                : Nih liat (sambil membuka jaket) Puas?
Warga 3          : Pasti disimpan di tempat lain bu, coba lihat bungkusan itu!
Bu lurah          : Man, coba lihat isi bungkusan itu.
Paijo                : Wah, jangan Bu. Ini bukan milik umum, Bu.
Bu lurah          : Sudah, keluarkan saja. Daripada kamu dikeroyok sama orang-orang.
Paijo                : Ampun, jangan! (menyerahkan bungkusan pada Bu lurah)
Bu lurah          : (mengeluarkan sandal dari dalam bungkusan) Lho, punya siapa ini?
Warga 4          : Lho, itu kan sandalku yang beli di luar negeri? Jadi kamu? Hah?
Bu lurah          : Sudah, sudah. Kita tadi mau cari maling uang, bukan maling sandal.
Paijo                : Lho, jadi, ini tadi bukan dalam rangka mencari saya, toh?
Warga 4          : Sekarang aku yang nyari kamu.
Bu lurah          : Sudah, cukup! Tadi uang kantor kelurahan dicuri. Kita sekarang sedang mencarinya.
Paijo                : Oalah, lha ya mbok dari tadi ngomong. Saya kan nggak perlu deg-degan.
Warga 5          : Deg-degan apa? Jangan-jangan kamu juga yang nyuri di kelurahan?
Paijo                : Kamu jangan sembarangan ya. Seenaknya saja menetapkan aku sebagai praduga tak berguna.
Warga 5          : Praduga tak bersalah.
Paijo                : Itu dia maksudku.
Warga 1          : Nggak pernah sekolah saja ngomong sok yes.
Paijo                : Daripada kamu, pernah sekolah tapi cuma bisa ngomong.
Bu lurah          : Cukup! Jadi benar kalau kamu bukan yang mencuri uang kelurahan.
Paijo                : Eits, jangan salah. Jelek-jelek gini saya, nggak bakal mencuri uang rakyat. Itu prinsip!
Bu lurah          : Iya, iya. Kalau begitu, kamu ikut ronda apa nggak?
Paijo                : Lho ya pasti donk. Saya kan warga negara yang baik. Selalu ikut kegiatan kemasyarakatan. Apalagi kegiatan ronda seperti ini. Ya, kan? Ayo semuanya! Kita berangkat! Siap semuanya! Satu, dua, tiga, Maling…maling…..maling…maling… (Paijo ber-uforia sendiri sedangkan yang lain hanya bengong. Meskipun ngotot, yang lain masih bengong. Malah semakin lama terlihat kejengkelan di wajah para warga.)
Bu lurah          : Stop! Kamu ini apa-apaan?Jangan keras-keras!
Paijo                : (sambil berbisik) Maliiiing... maling. Maliiiing maling.
Bu lurah          : Sudah, ayo kita lanjutkan! (warga pergi meninggalkan Paijo yang masih asyik sendiri. Setelah sadar sendiri, bingung)
Paijo                : Lho, hei! Busyet! Ditinggal! Hei! Wah, payah orang-orang. (celingak-celinguk memastikan keadaan aman) Hehehehehe... Untung yang di sini tidak digeledah. Kalau ketahuan, bisa kacau acara. (menghampiri tempat dekat Maling menyembunyikan barang curiannya, lalu mengambil sebuah tas plastik, melihat isinya dan tertawa) Ini kalau ketahuan bisa marah yang punya. Diselesaikan dulu, baru menyusul ronda. (mengeluarkan isinya, mangga muda.) Nah, siiip. Pencuci mulut. (kemudian Paijo memakannya)
Maling 2          : (keluar dari tempat persembunyiannya, menodongkan celurit)
Maling 1          : Hei, serahkan bungkusan itu.
Paijo                : Siapa sampeyan?
Maling 2          : Tidak perlu banyak bicara. Serahkan saja bungkusan itu.
Paijo                : Waduh, mas. Ini tadi sulit dapatnya. Saya saja tadi hampir jatuh, digigit semut, dikejar tawon, kecebur sungai....
Maling 2          : Hei! Aku tidak mau mendengar curhatanmu. Serahkan! (mengacungkan senjata)
Paijo                : Iya, iya. (menyerahkan bungkusan.) Ini juga, Mas?
Maling 1          : Ndak usah. Buat kamu aja. (pergi)
Paijo                : (sambil menghabiskan mangga) Gila, siapa itu tadi? Masak minta mangga saja pake senjata? Padahal kalau dia mau usaha sedikit pasti juga bisa dapat.
(tiba-tiba Maling masuk sambil melemparkan mangga pada Paijo)
Maling 2          : Hei! Mana isinya tadi?
Paijo                : Apa toh?
Maling 1          : Mana isi kresek tadi.
Paijo                : Lha ini kamu lempar. Piye toh?
Maling 2          : Bukan itu.
Paijo                : Mana lagi?
Maling 1          : Yang asli.
Paijo                : Yang asli apa?
Maling 2          : Isi yang asli!
Paijo                : Iya, apa?
Maling 2          : Uang kelurahan!
Paijo                : Hah? Jadi, kamu malingnya? Maliiiiiiing! Maliiing! (lari keluar)
(Maling panik, keluar Warga kemudian berdatangan)
Bu lurah          : Mana malingnya? Mana?
Paijo                : Ke sana, Bu.
(keluar mengejar. Kemuadian Maling masuk lagi, clingak celinguk, memastikan keadaan aman. Lalu menuju ke tempat ia menyembunyikan barangnya. Belum sempat mengambil barangnya, Paijo berlari masuk ke tempat persembunyian maling..
Paijo                :Hei…!!!!! Maling…maling!!! (keluar mencari warag)

naskah teater persahabatan


INDAHNYA PERSAHABATAN KITA!!

KARYA
LATHIFAH NUDHAR


Para pemain:
Papa                                                                      :
Mama                                                                   :
Reni (anak bermasalah)                                :
Bu Resti (guru matematika)                         :
Bu Ambar (penjaga warung)                       :
Pak Rama (kepala sekolah)                          :
Radit (Ketua kelas)                                          :
Irma ( Teman)                                                   :
Ronal ( teman)                                                  :
Arini (teman)                                                     :
                                :

(suasana di sebuah kelas saat pagi hari, beberapa anak berkumpul di kelas. Beberapa saat kemudian bel masuk berbunyi  seluruh anak memasuki kelas, Bu Resti siap memulai pelajaran, )
ADEGAN 1
Radit                : Semua siap!! (seluruh murid berdiri) Beri Salam!!
Seluruh murid : Assalamu’alaikum wr.wb
Bu Resti           : (membalas salam) Wa’alaikumsalam wr wb
(semua murid duduk kembali)
Bu Resti           : Reni, ibu tadi mendapat pesan dari Bu Sari agar kamu menemuinya,Silahkan Reni
Reni                 : Baik bu.
 (Reni segera keluar)

ADEGAN 2
(suasana di Ruang Guru. Reni  memasuki ruang tsb dan segera menemui bu Sari)
Reni                 : Assalamu’alaikum..
Bu Sari             : Silahkan masuk Reni
Reni                 :Ada apa bu?
Bu Sari             : Saya hanya ingin bertanya kepada kamu .akhir akhir ini nilai nilaimu menurun dan semakin menurun. Ada apa?
(Reni hanya terdiam)
Bu Sari             : Kenapa kamu diam saja? Ayo jawab!!
Reni                 : Iya bu, saya minta maaf.
Bu Sari             : Saya meminta penjelasan kamu, mengapa nilai-nilaimu menurun, padahal setahu ibu, kamu itu anak yang cukup pandai.
Reni                 : Iya bu, akhir akhir ini saya kurang belajar
Bu Sari             : Ya sudah, ini adalah peringatan.Saya hanya kasihan dengan kamu kalau sampai kamu tidak naik kelas nantinya, dan kalau nilai nilaimu makin menurun lagi, saya akan panggil orangtuamu, mengerti?
Reni                 : Iya bu.
Bu Sari             : Kalau kamu ada masalah, sebaiknya ceritakan saja. Pada orangtuamu, teman atau guru-gurumu, jangan sampai mengganggu sekolahmu. Baik, silahkan keluar.
 (Reni fade out)


ADEGAN 3:
(suasana di rumah Reni papa mama Reni sibuk dengan berkas-berkas)
Reni                 :mama, temani aku nonton TV yuk.
Mama             : mama lagi sibuk nak.
Reni                 :papa temani aku jalan-jalan ya, kan sudah lama kita tidak berjalan-jalan bersama
Papa                : papa sedang sibuk nak         
Reni                 : kenapa sih?! papa mama selalu sibuk dengan urusan perusahaan?
Papa                : Reni, papa bilang papa sedang sibuk, ada beberapa berkas-berkas yang akan diaudit,
Mama             : Reni sayang, seharusnya kamu bahagia, semuanya ada, papa dan mama kaya, semua yang kamu butuhkan ada..
Reni                 :tapi aku tidak bahagia karena papa mama nggak sayang Reni
Mama             :siapa bilang kami tidak sayang? Kami bekerja dan mendapat uang adalah bukti kasih sayang kami kepada kamu..
Reni                 : tapi kalian tidak ada waktu untukku
(tiba2 ayah Reni mendapat telpon)
Papa                : ya, hallo, o,ya,ya saya akan ke Inggris besok pagi
Reni                 : tuh, kan.. (memberengut)
Mama             :Reni, tidak baik seperti itu..
Ayah                :Reni, sudah!! Papa mama sibuk, kami akan ke inggris besok pagi, kami banyak urusan, sudah sana pergi ke kamarmu!!
(Reni menangis, pergi ke kamar)


ADEGAN 4 :
(suasana keesokan harinya, Semua anak berkumpul di kelas)
Irma                : Eh, Reni, maaf, ini buku ceritamu yang aku pinjam seminggu lalu,aku minta maaf baru mengembalikannya sekarang, soalnya aku lupa maaf ya..
Reni                 : (dengan nada marah) Kenapa kamu baru mengembalikannya sekarang?!
Asal kamu tahu, saya mencari kesana kemari di rumah, !!
Irma                : Iya, saya tahu, saya minta maaf..
Reni                 : (masih marah) seenaknya saja minta maaf!!
(Irma menunduk, takut dimarahi)
Arini                : sudahlah Ren, lagipula bukunya kan sudah dikembalikan, dan Irma sudah minta maaf, tidak baik marah2 begitu..
Reni                 : tahu apa kamu??
Arini                : kok kamu jadi marah begitu?? Aku kan hanya mengingatkan.
Reni                 : sudahlah! (dengan nada kesal)
(Radit dan ronal dan Arni masuk, begitu melihat Reni langsung bertanya)
Radit                : Hai Reni, ehhmm, mana penghapusku yang kau pinjam kemarin??
Ronal               : dan aku juga, mana pensilku kemarin??
Reni                 : ( marah) apa-apaan sih?? Kan sudah aku kembalikan.
Radit                : belum ren..
Reni                 : oh, ini dia, maaf deh.
Ronal               : tuh kan, ada. Eh, aku perhatikan tas kamu akhir2 ini kok lebih besar sih??
Jangan2…
Bola sekolah yang hilang kemarin hilang ada di tas kamu (dengan nada bercanda, semua tertawa)
Reni                 : (memberengut, diam dengan tampang marah)
Arni                 : (dengan nada bercanda) Eh, ren, kemarin kan aku pinjam spidolmu. Nih aku kembalikan (sambil melempar spidol, tanpa sadar, spidol mengenai wajah Reni)
Reni                 : Aww!! Sakit. (mengusap usap kepala)
Arni                 : Ups! Sorry deh. Sepertinya aku harus latihan lagi melempar dengan baik.
Reni                 : (menghampiri meja Arni dan bersiap memukulnya) Awas kamu!
Arni                 : (memegang tangan Reni) Eits, tahan dulu. Kenapa kamu marah marah begitu sih?
Reni                 : kamu udah terlalu kurangajar!
Arni                 : Kamunya aja yang sensitif. Huh, dasar pemarah!
Reni                 : (karena tak tahan, menangis dan langsung pergi dari kelas, minggat) Teman macam apa kalian??
(Semua yang ada di kelas langsung menggelar rapat)
Radit                : ehm.. teman teman, sepertinya Reni sedang dalam masalah,
Irma                :Iya tuh, baru masuk aja udah marah-marah. Aku jadi kena semprotnya
Arini                : sudahlah ir.
Radit                : sebagai teman kita harus membantunya.
Ronal               : Iya, bagaimana kalau kita besok ke rumahnya? Kita bertanya dan dengar curhatannya.
Arni                 : Ide bagus. Aku jadi menyesal sudah membuatnya menangis.
Semua             : setuju!!
(pelajaran berlangsung lancar)

ADEGAN 5:
(Reni ada di warung bu ambar, sedang melahap beberapa gorengan)
Bu Ambar        : kamu nggak sekolah ren??Eh, kenapa kamu menangis?
Reni                 : males banget sekolah, temen2 nggak ada yang perhatian sama aku.
Bu ambar        :terus, kenapa kamu menangis?
Reni                 : Iya bu, lagi ada masalah di keluarga.
Bu ambar        : masalah apa?
Reni                 : Papa mama akhir2 ini sibuk mengurusi karirnya, sering pergi2 ke luar kota, sehingga aku nggak pernah diurusi, aku jadi bosan dan pergi bermain dan pulang larut malam, makanya aku selalu membawa semua buku pelajaran karena suka bermain tempat tante dan menginap disana..
Bu ambar        :oohh, yang sabar ya neng..
Reni                 : Iya bu, saya berusaha

ADEGAN 6 :
(keesokan harinya di sekolah, saat jam istirahat)
Arni                 : kok Reni nggak masuk ya?
Ronal               : Iya,ya apa mungkin masih memikirkan masalah kemarin??
Arini                : kalau aku duga, dia ada masalah di keluarganya..
Irma                : kasihan dia..
Radit                : Bagaimana kalau sepulang sekolah kita langsung kesana??
Semua             : setuju deh.
(Bu resti memasuki kelas, ulangan mendadak)
Bu Resti           : Anak2, kita ulangan matematika.
Arini                : mampus aku!!
Ronal               : mana semalam tidak belajar..
Irma                : cape deh..!!
Arni                 : Bisa nggak ya jawabnya?? Aduh, pusing aku!
(anak2 mengerjakan soal dengan tampang sok serius)
Bu Resti           : kenapa Reni tidak masuk? Kenapa dia?
Radit                : ehmm, dia alpha bu.
Bu Resti           : Owwh,kalau begitu kerjakan lagi ulangannya, jangan mencontek.
Semua             : baik bu
Bu Resti           : yang sudah selesai, silahkan kumpul dan boleh pulang.
(setelah semua selesai, anak2 segera mengumpulkan ulangan,serempak)
Radit                : (diluar kelas) ayo teman teman kita pergi ke rumah Reni
Semua             :ayo

ADEGAN 7  :
(Radit mengetuk pintu pagar rumah Reni namun tiada jawaban)
Radit                : bagaimana ini?
Arini                : kita pergi ke warung bu ambar dulu yuk, laper
(semua pergi ke warung bu ambar)



ADEGAN 8:
 (di warung bu ambar, semua langsung makan dan menyelesaikannya)
Irma                : Bu ini uangnya
Bu ambar        : iya, makasih ya nak. Kalian ada apa nih, rame rame?
Ronal               :ini bu, lagi cari Reni, dia tidak masuk sekolah tadi
Bu ambar        : oh, Reni? Dia tadi pagi kesini berpakaian sekolah, tapi katanya nggak mau masuk sekolah, mungkin lagi ada masalah keluarga.
Ronal               : ibu tahu dia kemana?
Bu ambar        : wah, nggak tau nak..
Irma                : yaahh.. (kecewa)

ADEGAN 9:
(semua anak berjalan dengan lesu melewati jalan2 desa, tiba tiba Arini melihat Reni melamun di dekat sungai)
Arini                : (berteriak) Eh, itu Reni!!
Semua             : mana? Mana?
Arini                : itu! (menunjuk kearah Reni)
Semua             : (berteriak kegirangan) RENI!!
(Reni tetap melamun, menangis, Irma menghampiri duluan)
Irma                : Reni, kenapa kamu menangis, maafkan kami kemarin membuatmu menangis..
Reni                 : bukan, aku yang salah sudah marah2 sama kalian.
Arni                 : kamu sebenarnya ada masalah apa? Coba ceritakan kepada kami..
Reni                 : Iya, sebetulnya aku anak yang kurang kasih sayang, Ayah ibuku seorang pengusaha sukses, aku anak berkecukupan, tapi kedua orang tuaku selalu pergi ke luar negeri, aku tidak punya teman di rumah selain pembantu, karena aku bosan aku sering pergi bermain di warnet dan pulang malam, makanya aku membawa semua buku pelajaran dalam tasku, sehingga tasku berat Karena kau sering menginap di rumah tanteku yang ada di dekat warnet itu.Aku jadi sedih dan menyesali kenapa orang tuaku tidak pernah ada waktu untukku, makanya aku sering marah2, aku minta maaf ya.
Radit                : oh, begitu. Kamu sebenarnya tidak perlu menyimpan masalah seperti itu, kami sebagai teman-temanmu akan dengan senang hati mendengarkan masalahmu.
Ronal               : dan satu lagi, kami selalu menyayangimu sebagai sahabat, kamu tetap mendapat kasih sayang dari kami, teman-temanmu..
Arini                : betul itu!! Kami akan sekuat tenaga membantumu menyelesaikan masalahmu..
Reni                 : (tersenyum) terima kasih ya teman-temanku..
(semua tersenyum bahagia)
Irma                : Indahnya persahabatan kita!!






THE END




INDAHNYA
PERSAHABATAN 
KITA!!
Pengarang,




Lathifah Nudhar