Rabu, 09 November 2011

Naskah teater berjudul "maling"




Maling
TEATER ANAK SEKOLAH
:D



















Karya Auf Sahid
Dengan penggubahan oleh Lathifah Nudhar












(Setting tempat halaman rumah di sebuah kampung. Waktu malam hari. Dari luar terdengarsuara gaduh derap langkah orang berlari sambil berteriak maling diiringi musik pembuka. Lampu fade in. Seorang Maling masuk, panik. Kemudian ia menyembunyikan bungkusan curiannya di semak-semak. Kemudian ia berlari sembunyi. Lalu warga masuk panggung berlari dari salah satu sisi dan langsung keluar di sisi yang lain. Kemudian mereka kembali sambil mencari-cari.)

Bu lurah          : Cari sampai dapat! Tadi larinya ke arah sini.
Warga 1          : Tapi kok hilang, Bu.
Bu lurah          : Ya kalau begitu pasti ada di sekitar sini. Nggak mungkin jauh. Begini saja, kita berpencar saja.
Warga 1          : Aduh, Bu, capek.
Bu lurah          : Sampeyan ini bagaimana? Baru begini saja capek. Ayo cepat! Sampeyan dan sampeyan ke sana. Mas sampeyan cari yang sebelah sana.
Warga 2          : Lha ibu?
Bu lurah          : Saya jaga di sini.
Warga 2          : Sampeyan kok enak?
Bu lurah          : Lho, ini juga bagian dari tugas. Ayo cepat. Nanti malingnya keburu jauh. Berangkat!
(warga berpencar, musik mulai fade out)
Bu lurah          : (menghela nafas) Ada-ada saja. Pencurian di desa ini kok ndak ada habisnya. Mulai dari kehilangan sandal, rantang isi makanan, pakaian, sampai kendaraan.Keterlaluan. Gara-gara itu, saya mulai habis isya sampai malam ikut muter-muter mencari. Jadi ndak bisa lihat sinetron kesukaan saya. (pada bagian ini bisa disebutkan salah satu judul sinetron yang sedang populer)
Nah, sekarang yang hilang malah lebih besar, uang kelurahan. Akhirnya mau tidak mau saya harus ikut mengejar. Apalagi tiga hari lagi Bu Camat mau datang melihat apakah uang bantuan dari Pemda sudah diterima dan digunakan atau belum. Ini bisa kacau kalau ketahuan dicuri. Jabatan saya sebagai Lurah bisa terancam.
. Desa Suka Makmur kok banyak maling. Tidak cocok dengan namanya, Suka Makmur. Kalau begini terus, besok mau saya usulkan saja ke Presiden. Namanya diganti menjadi Suka Maling. Jadi kalau banyak pencurian saya tidak bakal disalahkan. Sudah sesuai dengan namanya.
(Seseorang masuk dengan terengah-engah)
 Warga 3         : Bu, Lapor
Bu lurah                      : Bagaimana?
Warga 3          : Sudah saya cari dari Sabang sampai Merauke...
Bu lurah                      : ....berjajar pulau-pulau?
Warga 3          : Bukan, nihil.
Bu lurah                      : Walah.
Warga 3          : Lha ibu sendiri?
Bu lurah          : Sama. Dari tadi saya jaga di sini tidak ada tanda-tanda maling yang lewat. Nihil.
Warga 3          : Wajar, Bu.
Bu lurah          : Wajar bagaimana?
Warga 3          : Mana ada maling celingak-celinguk lewat di depan sampeyan.

(Seseorang dan Seseorang masuk dengan tergopoh-gopoh)
Warga 4                       : Bu, ada berita penting..
Warga 5          : Iya, Bu.
Bu lurah          : Ada apa?
Warga 4          : Tadi saya bertemu dengan Mas Poniman.
Bu lurah          : Mas Poniman?
Warga 4          : Iya....
Bu lurah          : Mas Poniman sia...
Warga 5          : ....katanya, mulai sekarang kita tidak perlu bingung kalau mau ngambil TV, kulkas, atau motor. Cukup dengan KTP saja kita bisa kredit TV lho, Bu., ya kan, Mbak?
Warga 4          : Benar, Bu. Apalagi cicilannya juga murah. Motor hanya 50 ribu per bulan. Kulkas dua pintu hanya 30 ribu perbulan. Apalagi TV hanya dua puluh ribu per bulan. Dan semua tanpa...
Bu lurah          : Diam! Sampeyan ini bagaimana? Tadi saya suruh apa?
Warga 4          : ee.. anu.. cari..
Bu lurah          : Cari maling kan? Kenapa malah cari kreditan?
Warga 5          : Mbak, sampeyan tadi ke sana apa tidak bertemu orang yang mencurigakan?
Warga 4          : Oh, yang mencurigakan?
Bu lurah, Warga 5       : Ada? Mana?
Warga 4          : Tidak ada, Bu.
Bu lurah          : Walah. (bicara sendiri) Wah, bagaimana ini. Kalau sampai lusa tidak ketemu bisa gawat. Nanti kalau aku dipecat bagaimana? Sudah dicari ke sana kemari tidak ada….
Warga 4          : Eh, Bu. (sambil menunjuk ke suatu rumah)
Warga 5          : Iya, Bu. Jangan-jangan...
Bu lurah          : …eits, jangan gegabah dulu.
Warga 4          : Tapi ini kan tempatnya…
Bu lurah          : …..iya, tapi jangan asal menuduh dulu.
Warga 5          : Sudahlah, Bu. Pasti dia. Sekali maling tetaplah maling.
Bu lurah          : Tenang, tenang dulu. Kita lihat baik-baik dulu. (mengetuk pintu) Kulo nuwun… Mas … (3x) (namun hening)
Warga 5          : Lho, bener kan, Bu?
Bu lurah          : Bener apanya?
Warga 5          : Ya pasti dia. Lihat dia sekarang pasti ketakutan di dalam.
Warga 4          : Benar, Bu. Kita dobrak saja pintunya.
Semua warga  : Ya, ya.. kita dobrak saja pintunya.
Bu lurah          : Tenang, tenang dulu. Jangan ngawur.
Warga 5          : Sudahlah, Bu. Nanti dia keburu kabur. Ayo dobrak saja.
Bersama2        : Satu…dua..ti…
 (Paijo tiba-tiba muncul dari luar panggung)
Paijo                : Hoi,  ada apa ini?
Bu lurah          : Lho, Paijo? Tadi kita sedang depan rumah saya ada apa?
Bu lurah          : Tadi malingnya lari ke sekitar sini, jadi e..., kami mengejar ke sini dan e.... kebetulan lewat rumahmu, jadi..
Warga 1          : Jadi sekarang kamu ngaku saja . Mana hasil curianmu?
Paijo                : Curian? Curian apa? Lha wong aku dari rumah Mas Marno
Warga 2          : Lho? Mas marno kan sedang pergi ke luar kota.
Paijo                : Eh, anu, Iya, ya.
Warga 2          : Alah, ngaku saja, Man. Sekali maling tetap saja maling.
Paijo                : He, mulutmu nggak pernah disekolahkan ya? Ngomong seenaknya aja. Aku tadi dari jalan-jalan kok.
Bu lurah          : Tenang, tenang. Jangan ribut., kamu ngaku saja dari mana?
Paijo                : Dari jalan-jalan, Bu. Suer!
Warga 2          : Lha itu apa?
Paijo                            : Mana?
Warga 2          : Itu dibalik jaketmu.
Paijo                : Nih liat (sambil membuka jaket) Puas?
Warga 3          : Pasti disimpan di tempat lain bu, coba lihat bungkusan itu!
Bu lurah          : Man, coba lihat isi bungkusan itu.
Paijo                : Wah, jangan Bu. Ini bukan milik umum, Bu.
Bu lurah          : Sudah, keluarkan saja. Daripada kamu dikeroyok sama orang-orang.
Paijo                : Ampun, jangan! (menyerahkan bungkusan pada Bu lurah)
Bu lurah          : (mengeluarkan sandal dari dalam bungkusan) Lho, punya siapa ini?
Warga 4          : Lho, itu kan sandalku yang beli di luar negeri? Jadi kamu? Hah?
Bu lurah          : Sudah, sudah. Kita tadi mau cari maling uang, bukan maling sandal.
Paijo                : Lho, jadi, ini tadi bukan dalam rangka mencari saya, toh?
Warga 4          : Sekarang aku yang nyari kamu.
Bu lurah          : Sudah, cukup! Tadi uang kantor kelurahan dicuri. Kita sekarang sedang mencarinya.
Paijo                : Oalah, lha ya mbok dari tadi ngomong. Saya kan nggak perlu deg-degan.
Warga 5          : Deg-degan apa? Jangan-jangan kamu juga yang nyuri di kelurahan?
Paijo                : Kamu jangan sembarangan ya. Seenaknya saja menetapkan aku sebagai praduga tak berguna.
Warga 5          : Praduga tak bersalah.
Paijo                : Itu dia maksudku.
Warga 1          : Nggak pernah sekolah saja ngomong sok yes.
Paijo                : Daripada kamu, pernah sekolah tapi cuma bisa ngomong.
Bu lurah          : Cukup! Jadi benar kalau kamu bukan yang mencuri uang kelurahan.
Paijo                : Eits, jangan salah. Jelek-jelek gini saya, nggak bakal mencuri uang rakyat. Itu prinsip!
Bu lurah          : Iya, iya. Kalau begitu, kamu ikut ronda apa nggak?
Paijo                : Lho ya pasti donk. Saya kan warga negara yang baik. Selalu ikut kegiatan kemasyarakatan. Apalagi kegiatan ronda seperti ini. Ya, kan? Ayo semuanya! Kita berangkat! Siap semuanya! Satu, dua, tiga, Maling…maling…..maling…maling… (Paijo ber-uforia sendiri sedangkan yang lain hanya bengong. Meskipun ngotot, yang lain masih bengong. Malah semakin lama terlihat kejengkelan di wajah para warga.)
Bu lurah          : Stop! Kamu ini apa-apaan?Jangan keras-keras!
Paijo                : (sambil berbisik) Maliiiing... maling. Maliiiing maling.
Bu lurah          : Sudah, ayo kita lanjutkan! (warga pergi meninggalkan Paijo yang masih asyik sendiri. Setelah sadar sendiri, bingung)
Paijo                : Lho, hei! Busyet! Ditinggal! Hei! Wah, payah orang-orang. (celingak-celinguk memastikan keadaan aman) Hehehehehe... Untung yang di sini tidak digeledah. Kalau ketahuan, bisa kacau acara. (menghampiri tempat dekat Maling menyembunyikan barang curiannya, lalu mengambil sebuah tas plastik, melihat isinya dan tertawa) Ini kalau ketahuan bisa marah yang punya. Diselesaikan dulu, baru menyusul ronda. (mengeluarkan isinya, mangga muda.) Nah, siiip. Pencuci mulut. (kemudian Paijo memakannya)
Maling 2          : (keluar dari tempat persembunyiannya, menodongkan celurit)
Maling 1          : Hei, serahkan bungkusan itu.
Paijo                : Siapa sampeyan?
Maling 2          : Tidak perlu banyak bicara. Serahkan saja bungkusan itu.
Paijo                : Waduh, mas. Ini tadi sulit dapatnya. Saya saja tadi hampir jatuh, digigit semut, dikejar tawon, kecebur sungai....
Maling 2          : Hei! Aku tidak mau mendengar curhatanmu. Serahkan! (mengacungkan senjata)
Paijo                : Iya, iya. (menyerahkan bungkusan.) Ini juga, Mas?
Maling 1          : Ndak usah. Buat kamu aja. (pergi)
Paijo                : (sambil menghabiskan mangga) Gila, siapa itu tadi? Masak minta mangga saja pake senjata? Padahal kalau dia mau usaha sedikit pasti juga bisa dapat.
(tiba-tiba Maling masuk sambil melemparkan mangga pada Paijo)
Maling 2          : Hei! Mana isinya tadi?
Paijo                : Apa toh?
Maling 1          : Mana isi kresek tadi.
Paijo                : Lha ini kamu lempar. Piye toh?
Maling 2          : Bukan itu.
Paijo                : Mana lagi?
Maling 1          : Yang asli.
Paijo                : Yang asli apa?
Maling 2          : Isi yang asli!
Paijo                : Iya, apa?
Maling 2          : Uang kelurahan!
Paijo                : Hah? Jadi, kamu malingnya? Maliiiiiiing! Maliiing! (lari keluar)
(Maling panik, keluar Warga kemudian berdatangan)
Bu lurah          : Mana malingnya? Mana?
Paijo                : Ke sana, Bu.
(keluar mengejar. Kemuadian Maling masuk lagi, clingak celinguk, memastikan keadaan aman. Lalu menuju ke tempat ia menyembunyikan barangnya. Belum sempat mengambil barangnya, Paijo berlari masuk ke tempat persembunyian maling..
Paijo                :Hei…!!!!! Maling…maling!!! (keluar mencari warag)

1 komentar: